Langsung ke konten utama

Ingin Ananda Punya Teman Baik? Cek 5 (Lima) Tips Berikut!

Ayah dan Bunda, selain di rumah, Anda tentu menyadari bahwa lingkungan dan teman bermain juga sangat besar pengaruhnya pada kepribadian anak. Ada anak yang menjadi tim olahraga yang berprestasi di sekolah, tetapi tak sedikit juga anak yang menjadi kriminal karena ikut gerombolan tawuran. Untuk itu, walaupun Anda sebagai orangtua tidak dapat mencarikan teman bagi ananda, namun sesungguhnya Anda dapat mengajari mereka cara memilih teman baik.  Berikut ini setidaknya ada 5 (lima) tips yang dapat Anda ajarkan kepada anak untuk memilih teman baik:



1. Menawarkan Dukungan di Waktu yang Baik dan Buruk

Seorang dikatakan teman, jika ia mampu menawarkan dukungan kepada orang lain di sekitarnya. Ketika ada orang yang sedih, kesal, terluka, takut, bahagia, gembira, dan merayakan pencapaian, seorang teman selalu menawarkan dukungan. Selain itu, seorang teman baik, juga bahkan tak segan menjadi pemandu sorak karena orang itu sangat berarti bagi mereka. Sebagai orangtua Anda dapat berperan dengan mendorong anak untuk ikut merayakan keberhasilan teman-temannya. Saat teman anak Anda sedang berjuang atau telah mengalami sesuatu yang mengasyikkan, dorong anak Anda untuk ikut mendukungnya. Selain itu, bantu anak Anda untuk tidak cemburu, dan tunjukkan pada anak Anda bagaimana menjadi bersemangat bagi orang lain.

2. Teman Tidak Gosip

Persahabatan yang bertahan dalam ujian waktu dibangun atas dasar kesetiaan, kebaikan, dan kejujuran. Teman yang baik, adalah seseorang yang tidak membicarakan keburukan satu sama lain. Untuk itu, sampaikan pada anak bahwa berbicara buruk tentang teman adalah hanya akan menyakiti orang lain. Orangtua dapat praktekan bermain peran di rumah. Bagaimana perasaan putri Anda jika sahabatnya mulai mengolok-olok pakaiannya atau cara dia berbicara dengan gadis-gadis lain di sekolah? Tujuan dari permainan peran ini adalah pembangun empati sehingga anak-anak bisa ikut merasakan berada dalam posisi orang lain.

3. Menjadi Teman Curhat

Salah satu bagian terbaik untuk berhubungan dengan seorang sahabat, adalah Kita dapat berbagi pengalaman dan bahkan perasaan pribadi, tanpa merasa dihakimi. Untuk itu dalam memilih teman yang baik, Anda sebagai orangtua dapat memulai dengan mendorong anak menjadi pendengar yang baik bagi temannya.  Jika hal ini berhasil, maka biasanya, kondisi ini juga akan terjadi sebaliknya. Selain itu, di rumah Anda juga dapat mempraktekannya dengan anak, yaitu dengan lembut memandu percakapan yang Anda miliki bersama anak ke topik yang lebih pribadi. Kondisi ini akan dapat membantu anak untuk memahami cara membuka percakapan lebih pribadi dan jenis pertanyaan apa yang tepat untuk meminta mengenal orang lain lebih dalam.

4. Membantu Anak-anak Membuat Penyelesaian yang Benar

Sebuah pertemanan, wajar bila ada opini yang berbeda. Hal terpenting yang bisa Anda lakukan adalah bantu anak untuk dapat menghadapinya dan menyelesaikannya dengan baik. Salah satu caranya, melalui komunikasi yang tidak saling menyakiti. Anda sebagai orangtua mungkin diperlukan untuk memoderasi pembicaraan tentang apa yang menyebabkan perselisihan dan membantu kedua anak menyuarakan masalah mereka. Selain itu, ajak anak untuk dapat menemukan resolusi bersama temannya yang membuat semua orang senang.

5. Membangun Kebersamaan di antara Teman Lama dan Baru

Tak sedikit orang yang merasa senang berada di sekitar atau bergabung dengan teman-teman baru. Namun sebaiknya, jangan lupa untuk mengingatkan pada anak Anda agar mereka tidak meninggalkan teman "lama" saat ada teman baru. Ketika anak Anda mendapat teman baru, biarkan mereka tahu bahwa membuang teman-teman lama bukanlah hal yang bijaksana. Selalu akan ada teman-teman yang telah tumbuh terpisah dan menuju ke arah yang berbeda, namun dorong agar anak Anda tetap menjalin hubungan di antara teman-teman baru dan lama. Anda dapat menyarankan pada anak, cara-cara agar teman lama dapat berpartisipasi dengan kelompok baru untuk membantu menghubungkan kelompok.

            Itulah 5 (lima) hal yang bisa Anda lakukan untuk mengajarkan anak memilih teman yang baik. Akan tetapi yang terpenting dari semua hal tersebut, sampaikanlah pada anak Anda bahwa “Jika ingin memperoleh teman yang baik, maka jadikanlah dirimu untuk menjadi teman yang baik bagi orang lain”. Untuk memulainya, Anda dapat menjadi teman yang baik bagi ananda. Nah, bersediakah Anda melakukannya? Yuk, Kita mulai dari sekarang!

*praktisi literasi media & perlindungan anak

**ilustrasi oleh SH. Shafiyyah

Komentar

  1. Anak-anak memang perlu dibekali cara bersosialiisasi sejak dini, agar kelak tidak canggung atau menjadi pribadi yang soliter ya?

    BalasHapus
  2. Betul, Mbak Sehry. Orangtua penting jadi role model untuk anak, sehingga anak paham apa yang semestinya ia lakukan dalam berteman. Terimakasih sudah membaca, mbak πŸ™

    BalasHapus
  3. Anak anak sangat perlu pendampingan,agar dia bisah membedakan,mana teman yang baik,dan mana teman yg tidak baik,jangan sampe salah memilih teman...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju πŸ‘ Untuk itu, teladan dari orangtua sangat penting. karena dengannya anak dapat mencontoh dan belajar menjadi teman yang baik dan memilih teman baik. Yuk, semangat mendampingi ananda 🦾🦾

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...