Langsung ke konten utama

Ingin Tahu Bagaimana Mendidik Anak Ala Pakar Parenting? Simak 5 (Lima) Model Berikut Ini!

Ada pepatah arab: Al Umm Madrosatun yang artinya ibu adalah sekolah. Ini maknanya adalah pendidikan pada anak-anak kita bermula dari rumah. Tapi sayangnya, justru banyak orangtua yang bingung, mulai dari mana mendidik anak-anaknya.

Padahal Anda sebagai orangtua mungkin sudah sering ikut seminar tentang parenting. Namun ternyata tetap merasa belum optimal. Mengapa ya? Apakah seminar parentingnya yang salah? Belum tentu. Bisa jadi kitalah yang perlu lebih jeli lagi untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memudahkan, berikut saya sampaikan 5 (lima) model efektif mendidik anak yang biasanya disampaikan para pakar parenting. Semoga bermanfaat ya!



Pertama, Keteladanan

Mendidik anak akan efektif bila ada contoh atau teladan dari orangtuanya. Tidak akan pernah berhasil orangtua perokok melarang anaknya merokok, atau orang tua yang hobi menonton opera sabun, melarang anaknya nonton drakor, dan sebagainya. Untuk itu orangtua harus lebih dulu menjadi contoh dalam hal kebaikan bagi anaknya. Hal ini akan membuat anak dapat mengikuti secara nyata perilaku baik tersebut, bukan hanya sekadar teori.

            Kedua, Pembiasaan

Pembiasaan kebaikan yang dilakukan sejak kecil akan mampu menjadi pondasi kebaikan bagi anak hingga ia dewasa kelak. Awalnya mungkin berat, namun saat kita terbiasa menggosok gigi sebelum tidur, lama kelamaan justru ia tidak bisa tidur bila belum menggosok gigi. Begitu juga dengan kebiasaan-kebiasaan lain yang sudah ditanamkan orangtua sejak kecil seperti mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah, duduk saat makan dan minum, beribadah (sholat) tepat waktu, dan juga bersedekah.

            Ketiga, Melalui Kisah

Salah satu model yang disampaikan para pakar parenting adalah melalui kisah-kisah teladan. Orangtua dapat menceritakan atau membacakan kisah-kisah para tokoh sukses dunia sehingga anak terinspirasi untuk mau meniru perilaku baik dari tokoh-tokoh tersebut. Misalnya orangtua ingin anak menjadikan para Nabi dan orang-orang saleh sebagai panutan dan idolanya, maka seringlah bercerita tentang mereka pada anak., Kisah-kisah dan ensiklopedia orang-orang hebat, dapat juga orangtua berikan dan diskusikan dengan anak saat mereka sudah pandai membaca. Kisah-kisah ini akan dapat menjadi pelajaran berharga bagi mereka.

            Keempat, Memanfaatkan Momentum

Model mendidik anak yang juga kerap disampaikan oleh para pakar parenting adalah model memanfaatkan momentum. Momentum di sini maksudnya adalah orangtua memanfaatkan peristiwa atau kejadian di sekitar anak. Kejadian itu dapat  yang memang dialami langsung oleh anak, maupun orang di sekitar anak. Semua peristiwa atau kejadian sesungguhnya ada unsur pendidikannya atau hikmah yang bisa kita ambil. Misalnya saat anak terjatuh, kita bisa mengajarkan tentang konsep berhati-hati. Saat mainan anak kita hilang, kita bisa mengajarkan untuk ikhlas. Begitu juga saat terjadi bencana banjir atau pandemi seperti sekarang ini, kita bisa mengajarkan kepada anak tentang bersabar dan berbagi.

            Kelima, Menerapkan Penghargaan dan Hukuman 

Pada hakikatnya, anak memerlukan penghargaan (reward) atas prestasi atau kebaikan yang sudah diperbuatnya. Begitu juga hukuman (punishment) penting juga diterapkan pada anak untuk membangun kedisiplinan. Keduanya diperlukan dalam mendidik anak pada kadar yang tepat. Penghargaan dan hukuman pada anak memiliki fungsi pendidikan yang asasi, yaitu untuk mengkondisikan anak untuk gemar berperilaku positif dan menjauhi perbuatan negatif. Namun, perlu diingat pemberian hukuman tidak boleh menyakiti atau melukai anak. Tujuan hukuman haruslah untuk mendidik.

Sebelum menerapkan penghargaan dan hukuman ini, penting bagi orangtua untuk membuat kesepakatan dengan anak secara jelas. Sampaikan pada anak tentang konsekuensi dari pelanggaran dan ketaatan terhadap aturan keluarga. Misalnya untuk setiap pelanggaran yang dilakukan anak, maka orangtua akan menghilangkan privilege sang anak. Begitu juga sebailknya, jika anak menaati aturan keluarga, maka orangtua dapat memberi atau menambah privilege. Sebagai contoh, saat anak sudah dapat bangun pagi sendiri, maka ia dapat menentukan menu makanan keluarga akhir pekan. Sedangkan saat anak bermain ponsel tiga hari berturut-turut lebih dari 4 jam sehari, maka konsekuensi yang diberikan orangtua mematikan wifi rumah selama akhir pekan.

Demikian 5 (lima) model efektif mendidik anak ala pakar parenting yang bisa saya rangkum untuk Anda. Sederhana dan mudah, bukan? Pastikan Ayah dan Bunda terapkan di rumah, ya. Nantikan perubahan besar yang terjadi pada Ananda!

*praktisi literasi media dan perlindungan anak

** ilustrasi oleh SH Shafiyyah


Komentar

  1. Terimakasih banyak mam,,,,pembelajaran buat aku menghadapi si buah hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mom. Terimakasih juga sudah membaca 🙏

      Hapus
  2. Poin ke 2 pembiasaan 👍👍👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap bu Enik, pembiasaan itu memang penting dalam menumbuhkan karakter baik pada anak 👍👍

      Hapus
  3. Semangat selalu menebar kebaikan my besty azimah 👍😍

    BalasHapus
  4. Semangat selalu menebar kebaikan my besty azimah 👍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih supportnya 🙏 Siap, Insyaallah 👍

      Hapus
  5. Tulisan yang keren dan bermanfaat Bu Azimah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...