Langsung ke konten utama

Ingin Anak Bicara Santun? Mari Simak 5 (Lima) Tips Berikut Ini!

 Pada saat pertemuan keluarga, pengajian, forum arisan, atau family gathering kantor dan sebagainya, Anda sebagai orang tua kadang mengajak anak turut serta. Pada saat itulah sering anak diajak bicara oleh orang dewasa yang hadir, atau bertemu dengan anak-anak lain. Tentu dalam forum-forum ini penting bagi Anda untuk mempersiapkan anak terbiasa bicara dengan komunikasi yang sopan dan santun. 

             
              Untuk itu, penting bagi Anda mengajarkan tentang aturan berbicara pada anak sejak dini. Terutama agar anak dapat bertutur kata sopan dan santun sehingga ia kelak akan mudah untuk bergaul dengan orang lain dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Namun meski penting, sayangnya tidak banyak orangtua yang benar-benar paham mengajarkan anak aturan-aturan dalam berkomunikasi ini. Nah, untuk mengatasi kesenjangan yang ada terkait pemahaman orangtua tentang aturan komunikasi ini, maka simak lima tips berikut ini yang saya rangkum untuk Anda.

          
  1. Biasakan bicara dengan jelas.

Membiasakan bicara secara jelas, mempunyai tujuan agar orang lain memahami apa yang Anda sampaikan. Adapun bentuk-bentuk atau cara bicara yang jelas, antaralain:

o  berbicara dengan lancar/tidak terbata-bata

o  suara lantang dan jelas (hindari berkata dengan suara lirih/mendesis atau berteriak)

o  bicara dengan kecepatan sedang (tidak terlalu cepat atau lambat)

o  gunakan intonasi yang sesuai (bertanya, memerintah, pernyataan, dan sebagainya)

o  bicara jangan sambil mengunyah makanan.

 

  1. Jadilah pendengar yang baik dan tidak memotong pembicaraan orang lain.

Termasuk keterampilan berkomunikasi yang santun adalah mampu menjadi pendengar yang baik dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Katakan pada anak Anda: “jika ada orang yang bicara padamu, kamu harus mendengarkan dengan baik, tataplah matanya dan jangan tidak peduli”. Menjadi pendengar yang baik itu juga berarti Anda tidak memotong pembicaraan orang lain. Sebagai umpan balik, Anda juga dapat berdiskusi dengan memancing anak Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: “apakah saat guru menerangkan pelajaran, kita boleh bicara? Apakah saat temanmu bercerita, kita boleh bicara? Bagaimana perasaanmu saat kamu lagi bicara lalu ada orang yang berisik di sekitarmu?" Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu anak memahami pentingnya menghargai orang lain.

 

  1. Tidak memanggil dengan sebutan yang buruk (si gembrot, si ceking, si sipit, dsb).

Salah satu bentuk berkata yang tidak santun adalah memanggil orang lain dengan julukan-julukan yang buruk. Untuk itu, sejak dini penting Anda memberi contoh pada anak dengan  dengan panggilan-panggilan yang baik pada anak dan orang-orang di sekitarnya, sehingga anak pun kelak terbiasa memanggil orang lain dengan panggilan yang baik pula.

 

  1. Tidak bergosip atau membicarakan keburukan orang lain.

Tidak ada orang yang suka bila keburukannya dibicarakan oleh orang lain. Untuk itu, berikanlah teladan pada anak bahwa Anda tidak bergosip juga saat arisan, misalnya. Hal ini karena kita tidak suka orang lain bicara buruk tentang kita, maka kita juga jangan melakukannya pada orang lain.

 

  1. Ajarkan keterampilan memberikan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

Ajarkan pada anak And acara memberikan pendapat dan juga menghargai pendapat orang lain. Terutama sampaikan pada anak, bahwa setiap orang boleh punya pendapat. Namun, selanjutnya arahkan anak, pada pendapat yang benar. Anda dapat ciptakan momen diskusi di rumah, yaitu misalnya: saat makan malam, saat  menonton televisi bersama, selesai beribadah bersama, dan sebagainya. Ajarkan anak bahwa ia bisa minta pendapat orang lain: ayah,ibu, adik/kakak, teman, guru, dan sebagainya. Begitu juga beri contoh pada anak, bahwa ia pun dapat menyampaikan masukan atau pendapat tentang suatu hal pada orang lain.

         Demikian lima tips mengajarkan anak bicara santun. Namun Anda tetap harus ingat ya, bahwa tips ini tidak bisa instan. Hal ini karena komunikasi itu keterampilan hidup yang harus diajarkan dan dibiasakan pada anak. Untuk itu perlu proses. Anda tidak bisa berharap langsung memetik hasilnya. Anda harus secara terus menerus melakukannya agar aturan itu melekat di kepala anak dan menjadi karakternya. Selamat mencoba!

 *praktisi literasi media dan perlindungan anak

* sumber ilustrasi: https://id.pinterest.com/pin/687221224362342761/

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...