Langsung ke konten utama

Ingin Tahu Gaya belajar Anak? Berikut Cara Mengidentifikasi dan Mengoptimalkannya!

 Jangan panik jika putra Anda mengalami kesulitan mengeja atau putri Anda tidak bisa duduk diam selama pelajaran sejarah. Mungkin saja ia memiliki gaya belajar yang berbeda. Menurut para ahli, setiap anak belajar dengan cara yang berbeda-beda. Maka mencari tahu gaya belajar anak Anda, dapat membantu memastikan keberhasilan akademiknya. Dalam beberapa kasus, pengetahuan tentang gaya belajar anak ini bahkan dapat membantu menghilangkan label pada anak, seperti attention deficit disorder (ADD- kesulitan fokus terhadap sesuatu) dan learning disabled (LD- kesulitan belajar).

Secara umum ada tiga jenis gaya belajar anak yang utama yaitu: (1) Visual, yakni gaya belajar yang lebih dominan menggunakan indera mata; (2) Auditory, yakni gaya belajar lebih dominan menggunakan indera telinga; dan (3) Kinestetik, yakni lebih dominan dengan melakukan sesuatu aktivitas. Nah, bagaimana mengidentifikasi gaya belajar anak dan apa yang bisa Anda lakukan sebagai orangtua untuk mengoptimalkannya? Berikut ini cara mengidentifikasi dan mengoptimalkan gaya belajar anak, yang saya rakumkan untuk Anda.


Cara mengidentifikasi gaya belajar

 Cara yang paling mudah untuk Anda mengidentifikasi gaya belajar anak Anda adalah dengan melihat cara mereka mengekspresikan diri. Untuk seorang anak dikatakan memiliki gaya belajar visual adalah bila ia lebih dominan mengungkapkan emosinya dalam bentuk ekspresi wajah dan juga belajar dengan melihat atau menonton ekspresi wajah orang lain. Hal ini karena dengan menonton atau melihat ekpresi wajah orang lain, seseorang yang merupakan pembelajar visual sebenarnya menyimpan gambar-gambar  itu untuk digunakan pada masa depan. Umumnya minat anak yang mempunyai gaya belajar visual adalah membaca, menonton televisi atau film, dan melihat foto. Mereka juga biasanya mempunyai kosakata yang luas karena hobi membaca dan juga memiliki imajinasi yang luas karena hobi menontonnya.

Sementara itu, untuk anak yang mempunyai gaya belajar auditory perilakunya kadang terlihat cuek, tidak memperhatikan sekelilingnya. Padahal sesungguhnya mereka sedang berusaha untuk membicarakan Anda melalui pendengarannya. Anak-anak pembelajar auditory cenderung untuk membaca dengan suara keras untuk diri mereka sendiri.

Adapun minat anak yang mempunyai gaya belajar auditory biasanya pada musik dan suara. Mereka dapat mengingat semua kata dari banyak lagu, sementara di sisi lain berjuang keras mengingat dari bacaan buku. Mereka juga mudah terganggu oleh suara-suara di sekitarnya, sehingga sulit berkonsentrasi. Jadi jika anak Anda punya gaya belajar auditory, akan lebih mudah jika Anda memperdengarkan hasil rekaman dari buku yang Anda atau ia baca sendiri ketimbang mereka diminta membacanya dalam hati.

Sedangkan untuk anak dengan gaya belajar kinestetik, umumnya mereka mengekspresikan diri dengan gerak atau bahasa tubuh. Jika Anda memiliki anak dengan gaya belajar ini, mungkin akan melihat mereka terlihat tidak bisa diam, tidak mampu menjaga tangan mereka sendiri untuk tidak bergerak. Mereka sering meniru orang lain terutama gerakan tangan atau gaya berjalan. Pembelajar kinestetik tidak khawatir tangan mereka kotor. Hal ini karena mereka belajar dengan menyentuh segalanya termasuk orang dan benda.

Secara umum anak dengan gaya belajar kinestetik berminat pada aktifitas fisik, seperti: berenang, berlari, olahraga, prakarya, dan kesenian (menari). Pelajaran favoritnya adalah yang membuat tangan mereka sibuk. Mereka juga suka permainan, tetapi mereka umumnya sangat kesulitan untuk diminta duduk cukup lama untuk membaca.

Mengoltimalkan gaya belajar anak

1.    Banyak mendengar dan melihat kebiasaan anak

            Untuk mengoptimalkan gaya belajar anak, Anda sebagai orangtua penting untuk banyak mendengar dan melihat untuk mengetahui apa yang terbaik untuk anak-anak Anda. Coba Anda ingat-ingat lagi, apakah anak Anda lebih suka bertualang? Atau menciptakan sesuatu? Atau lebih suka berpikir seperti penyair atau filsuf? Bila anak Anda suka bertualang, artinya ia harus sering berpindah-indah saat belajar. Jadi duduk di meja sepanjang hari sangat tidak cocok untuk mereka. Sebaliknya jika anak Anda punya kecenderungan suka mengajukan sejuta pertanyaan seperti ‘bagaimana cara kerjanya?’ mengapa ini bisa terjadi? Maka bisa jadi anak Anda adalah seorang pencipta.

                Aspek lain yang perlu Anda perhatikan adalah lingkungan belajar anak Anda, seperti suhu, pencahayaam, kebisingan, dan sebagainya. Bagi seorang anak suhu udara mungkin tidak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya, namun berbeda dengan anak yang lain. Mereka tidak dapat berkonsentrasi jika udara terlalu panas atau pencahayaan kurang atau terlalu bising.

2.    Banyak belajar memahami gaya belajar anak

               Jika Anda telah tahu gaya belajar anak Anda, maka penting bagi Anda untuk belajar memahaminya. Jangan biarkan kondisi rumah Anda atau sekolah tempat anak Anda belajar di lokasi yang bising seperti dekat pasar atau lalu lintas yang padat.

                    Di sisi lain, jika memang anak Anda mempunyai gaya belajar kinestetik, tentu menyekolahkannya di sekolah alam akan lebih baik bagi anak Anda daripada di sekolah konvensional. Namun jika ternyata sekolah konvensional yang hanya mampu Anda berikan, maka beri kelonggaran pada anak Anda untuk melampiaskan gaya belajar kinestetiknya dengan permainan sequizes atau memakan permen karet.

3.    Tidak mudah memberi label

            Saat anak Anda kurang berprestasi dalam belajar, janganlah Anda mudah memberinya label bodoh atau sejenisnya. Bisa jadi hal tersebut dikarenakan sebab lain, seperti lingkungan yang tidak cocok dengan gaya belajarnya, atau anak Anda bingung karena tidak ada orang yang memahami gaya belajarnya. Untuk itu, Anda sebagai orangtuanya hendaknya lebih terbuka dan banyak mengajak anak Anda bicara tentang hambatan yang dimilikinya. Bila Anda sendiri pun sulit untuk mengidentifikasikan gaya belajar anak Anda, maka jangan sungkan untuk bertanya pada professional seperti psikiater atau psikolog.

4.    Menjalin komunikasi orangtua-guru

               Pembelajaran di sekolah pada umumnya lebih menitik beratkan pada pendengaran dan pembelajaran bahasa. Hal ini karena guru dalam mengajar biasanya seringkali  mengatakan pada anak “ayo baca”, “ayo jawab pertanyaan, dan dengarkan aku bicara.” Padahal kemampuan itu hanya mencakup sebagian saja kemampuan anak-anak.

            Kondisi ini tentu sangat menyiksa jika ternyata anak Anda adalah pembelajar kinestetik. Hal ini karena anak Anda perlu banyak bergerak dan mereka tidak dapat melakukannya di sekolah konvensional. Untuk itu, sekolah (baca guru) perlu juga memahami gaya belajar tiap-tiap anak yang berbeda itu. Selain itu, penting bagi Anda sebagai orangtua untuk sering berdiskusi atau bicara dengan guru tentang gaya belajar anak Anda. Sampaikan buku atau artikel-artikel terkait perbedaan gaya belajar ini kepada guru, dan kalau perlu juga informasikan bila ada kursus/pelatihan tentang memahami gaya belajar anak kepada guru-guru sekolah, agar guru dapat menyampaikan pelajaran sesuai dengan kemampuan anak.

                Demikian sedikit informasi yang saya bagi untuk Anda tentang gaya belajar anak, terutama cara mengidentifikasikan dan mengoptimalkannya. Semoga bermanfaat, dan selamat mencoba!

*praktisi literasi media dan perlindungan anak

* sumber ilustrasi: http://onebigphoto.com/thats-what-friends-are-for/

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...