Langsung ke konten utama

Kiat Mengajarkan Anak untuk Mandiri Berdasarkan Usia

Tidak selamanya Anda sebagai orang tua akan selalu bersama anak dan membantu mengatasi persoalan hidup mereka. Anak perlu diajarkan untuk mandiri. Hal ini karena anak mandiri tidak jatuh dari langit. Menyiapkan anak menjadi mandiri butuh proses. Bila Anda sudah menyiapkan sejak dini, akan memudahkan anak untuk belajar hingga sampai pada satu titik anak semakin sedikit membutuhkan bantuan Anda. Berikut ini beberapa kiat yang saya rangkum untuk Anda tentang bagaimana mengajarkan anak lebih mandiri berdasakan usia.

 



1. Usia 3 - 6 tahun

Pada usia ini, Anda dapat memulai memberi penugasan sederhana pada anak, seperti merapikan kamar dan membereskan tempat tidur sendiri, bahkan hingga membuat camilan sederhana untuk mereka sendiri. Semua hal tersebut bisa anak lakukan bila Anda mampu memberi mereka cukup waktu dan latihan. Anda juga sudah dapat mulai mengajari anak Anda tentang  usia mereka, nomor telepon ayah dan ibu, dan alamat rumah. Anda dapat menggunakan permainan atau lagu yang menyenangkan sehingga lebih mudah diingat anak.

            Selain itu, penting untuk untuk mulai mengajar anak-anak Anda bahwa Anda bukan pembantu atau kepala pelayan. Sebagaimana supervisor di kantor, Anda juga dapat menerapkan kartu cek list di kamar anak Anda terkait tugas-tugas sederhana mereka: merapikan kamar, makan sendiri, mandi sendiri dan menggosok gigi sebelum tidur. Hal ini dapat membantu anak-anak menjadi terbiasa dalam menyelesaikan rutinitas pagi dan sore hari tanpa terlalu banyak omelan dari Anda.

Catatan: pada fase usia ini, kesabaran Anda sangat diperlukan. Hal ini karena mengajarkan anak-anak untuk melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri pada usia ini membutuhkan banyak waktu dan pengulangan. Terutama hingga akhirnya menjadi kebiasaan mereka tanpa paksaan.

2. Usia 7 - 10 tahun

Pada usia ini, mulailah Anda bekali anak anda dengan alarm dan jadikan bangun pagi tanggung jawab mereka sendiri. Selain itu pada fase usia ini, adalah saatnya Anda meminta anak untuk berani berbicara dengan pihak lain, seperti: memesan di restoran, menjawab pertanyaan, memesan pizza melalui di telepon. Pastikan di fase ini, anak Anda tahu cara mengadakan percakapan dengan orang dewasa dan menyampaikan pesan mereka dengan jelas.

Anda juga dapat memulai meminta anak melakukan perencanaan pribadi, terutama untuk hari-hari belajar dan akhir pekan secara lebih detail termasuk waktu-waktu beribadah (misal salat lima waktu sehari dan salat Jumat di masjid untuk muslim atau beribadah ke gereja pada Sabtu sore atau Minggu untuk yang beragama nasrani). Cara yang bagus untuk membuat mereka tertarik dalam perencanaan adalah Anda dapat memberi kesempatan pada mereka untuk memimpin dalam perencanaan kegiatan liburan keluarga.

Catatan: Tahan dorongan untuk menyelamatkan hari. Pada awal penerapan tanggung jawab untuk bangun pagi sendiri menggunakan alarm misalnya, mungkin sekali anak Anda akan terlambat bangun, atau anak gugup saat memesan pizza melalui telepon. Anak-anak cenderung ingin menyerah saat membuat kesalahan. Namun alih-alih Anda menjadi dewa penolong untuk mereka, sebaiknya beri mereka ruang yang mereka butuhkan untuk mencari solusi sendiri.

3. Usia 11 - 14 tahun

Pada fase usia yang lebih besar seperti pada usia 11-14 tahun ini, Anda dapat mulai menerapkan tanggung jawab yang lebih besar pula, seperti misalnya tanggung jawab mereka akan pengaturan keuangan, membuat janji dengan dokter gigi, dan membuat makan malam. Anda dapat memberikan uang saku pada mereka secara bulanan, dan minta mereka mengaturnya sehingga dapat aman terpenuhi hingga akhir bulan.

Begitu juga dengan membuat janji untuk potong rambut atau ke dokter gigi. Anda dapat mulai meminta mereka mengangkat telepon dan melakukan perjanjian. Termasuk juga tugas makan malam. Jika anak-anak usia 8 hingga 13 tahun di MasterChef Junior dapat menyiapkan pasta atau nasi goreng, maka anak Anda mungkin bisa menangani membuat telur dadar atau menggoreng ayam. Beri mereka beberapa tugas makan malam mingguan dan biarkan mereka menemukan resep yang mereka rasa siap untuk mereka praktekan. Termasuk dalam hal ini mengajarkan mereka mencuci dan membereskan perkakas dapur setelah mereka pakai.

Catatan: sesungguhnya anak Anda dapat melakukan lebih banyak daripada yang Anda pikirkan.Ketika masa mereka sebagai anak kecil memudar, mereka sesungguhnya ingin merasakan menjadi anak yang lebih “besar”. Untuk itu penting bagi Anda memberi ruang bagi mereka untuk tumbuh dalam kedewasaan dengan meningkatkan kebebasan mereka dengan tepat.

4. Usia 15 – 18

Pada fase ini, Anda dapat mulai dorong anak untuk belajar mendapatkan pekerjaan. Baik itu bekerja memotong rumput tetangga Anda pada akhir pekan, memulai bisnis daring, menerima pesanan membuat kue, atau menjadi pekerja paruh waktu di mini market selama liburan. Sekarang saatnya untuk Anda mulai mengajarkan anak bekerja untuk orang lain selain ibu dan ayahnya.

Terkait pengaturan keuangan, pada fase ini Anda dapat menyiapkan anak untuk melakukan lebih dari sekadar mengelola uang sakunya. Biarkan mereka mengendalikan keuangan mereka sepenuhnya. Anda dapat men-transfer uang untuk membuat mereka membayar biaya ekstrakurikuler mereka sendiri, atau membayar kursus bela diri atau Bahasa asing mereka. Bahkan Anda juga dapat minta mereka bertanggung jawab membayar sebagian dari tagihan rumah tangga seperti tagihan paket data/langganan WIFI di rumah.

Catatan: pada fase ini mereka mungkin berada di ambang kedewasaan, namun Anda perlu sadari bahwa mereka belum sepenuhnya tumbuh dewasa. Kadang akan membuat Anda gemas karena melihat mereka melakukan kesalahan sederhana, akan tetapi tetap perlu diingat bahwa lebih baik bagi mereka untuk melakukan kesalahan besar di rumah daripada di dunia kerja.

            Demikian kiat-kiat mengajarkan kemandirian pad anak sesuai usia yang saya rangkum untuk Anda. Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa “anak-anak bukanlah milik kita tetapi mereka dipinjamkan kepada kita oleh Sang Pencipta. Pepatah itu berarti bahwa tanggung jawab kita sebagai orang tua adalah menemukan cara untuk memberikan “sayap” kepada anak-anak kita, dan kemudian menemukan keberanian untuk menyaksikan mereka melebarkan “sayap-sayap” itu dan terbang pergi. Dengan kata lain, membina kemandirian pada anak-anak mengharuskan kita memikirkan atau membayangkan akan menjadi jenis orang dewasa yang manakah yang kita inginkan dari anak kita, dan kemudian kita sebagai orangtua mencoba menerapkannya ke arah itu. Wallahua’lam.

*Praktisi Media Literasi dan Perlindungan Anak

*Sumber Ilustrasi: cooking (https://id.pinterest.com/pin/89298005098562407)


Komentar

  1. Masyallah bagus bngttt isinya,, selalu suka dengan terasazimah.blogspot selalu Menyimak bagus bngtttt, triMakasie udah d Share pengetahuan

    BalasHapus
  2. terimakasih supportnya mbak Vrica 🙏😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...