Sudah
setahun terakhir ini banyak keluarga menjalani hidup yang luar biasa akibat
pandemik Covid-19. Bekerja dan sekolah dilakukan dari rumah. Seluruh anggota
keluarga baik ayah, ibu, maupun anak-anak beraktivitas sebagian besarnya dari
rumah. Kita pun punya lebih banyak waktu bersama seluruh anggota keluarga di
rumah. Apakah kemudian kedekatan dan komunikasi keluarga menjadi lebih baik?
Ternyata belum tentu! Tergantung, jenis ritual keluarga seperti apa yang selama
ini Anda lakukan bersama keluarga Anda di rumah.

Ritual
keluarga adalah kebiasaan atau aktivitas-aktivitas para anggota keluarga yang
berulang yang melibatkan gerakan, kata-kata, terhadap suatu objek tertentu dan
dilakukan dengan cara tertentu dan memiliki makna emosional dan spiritual.
Ritual keluarga ini ada yang dilakukan harian, pekanan, bulanan, atau tahunan. Bila
dilakukan dengan benar, ritual keluarga sangat bermanfaat untuk membangun
komunikasi yang efektif antar anggota keluarga. Namun, sayangnya tidak semua
keluarga sudah menjalankan ritual keluarga dengan benar sehingga memperoleh
manfaat dari ritual keluarga ini. Berikut ini empat jenis ritual keluarga yang sebaiknya
Anda hindari!
1. Keluarga yang
tidak punya ritual (unritualized families).
Jenis yang pertama ini adalah keluarga yang tidak mempunyai ritual keluarga.
Mereka tidak merayakan atau menandai transisi pada fase pertumbuhan tiap
anggota keluarganya, seperti tidak pernah berlibur bersama, merayakan ulang
tahun, makan bersama, dan lain-lain. Kehidupan keluarga mereka kosong, dan tiap
anggota keluarga terasa jauh. Pada jenis keluarga ini, meskipun para anggota
keluarga berada di rumah, para anggota keluarga tetap tidak mungkin bersatu,
karena mereka memang tidak terbiasa melakukan hal itu.
2. Keluarga yang
diritualkan secara kaku (rigidly
ritualized families). Jenis kedua ini adalah keluarga yang melakukan ritual
secara kaku dan tidak memungkinkan perubahan, meskipun ada kebutuhan untuk
perkembangan. Keluarga ini cenderung terorganisasi, melakukan berbagai hal
tepat waktu, makan di tempat yang sama, pada waktu yang sama, mengunjungi
orang-orang yang sama. Cenderung monoton, dan tidak mengakomodasi wilayah
abu-abu. Untuk jenis keluarga dengan ritual yang kaku ini, umumnya terjadi pada
keluarga-keluarga aristokrat yang penuh dengan aturan, sehingga membuat
kedekatan antar anggota keluarga tidak terjalin baik.
3. Keluarga dengan
ritualisasi yang berat sebelah/miring (skewed ritualization families). Jenis
ritual keluarga ini dikatakan berat sebelah karena dalam keluarga hanya satu
etnis atau agama yang diakui atau ditekankan untuk dilakukan ritualnya, dengan
mengorbankan aspek-aspek lain dari keluarga. Ritualisasi ini terutama terjadi
pada keluarga dengan perkawinan campur, atau berbeda agama. Konflik dalam
keluarga semacam ini rentan terjadi ketika ada yang terlalu dominan dari yang
lain.
4. Keluarga yang ritualnya
berongga (hollow rituals). Jenis
keluarga ini, hanya melakukan ritual sebagai suatu kewajiban dengan sedikit
apresiasi untuk acara dan proses ritual tersebut. Akibatnya, pelaksanaan ritual
kadang menjadi beban bagi anggota keluarga karena mereka kehilangan makna.
Terutama karena biasanya hanya satu orang yang menyiapkan ritual sementara
anggota lainnya tidak ikut berpartisipasi. Ini merupakan jenis ritual keluarga
yang merupakan kelanjutan dari ritual kaku.
Itulah
empat jenis ritual keluarga yang sebaiknya Anda hindari. Kalau begitu, apa sih kiat-kiatnya
agar kita bisa membangun sebuah ritual keluarga yang efektif, sehingga
komunikasi keluarga dapat terbangun di dalamnya? Sesungguhnya kunci dari menciptakan
ritual atau tradisi dalam keluarga, adalah komitmen dan pembiasaan. Anda dapat
memulainya dengan membuat kesepakatan dengan seluruh anggota keluarga, karena
kalau hanya keinginan sepihak, misal hanya ayah atau ibu, maka bisa berat
sebelah, atau tidak ada kerelaan dari anak-anak, juga akan tidak efektif.
Selain komitmen dan kesepakatan, Anda juga bisa melakukan ritual/tradisi
keluarga ini melalui pembiasaan sebagai berikut:
1. Membuat ritual
keluarga dengan kebiasaan sehari-hari atau pekanan, misalnya: sholat bersama,
dongeng pengantar tidur, cerita di meja makan sepulang sekolah/kerja, makan di
luar tiap akhir pekan pertama tiap bulan,dan sebagainya.
2. Membuat tradisi
atau ritual keluarga pada liburan tahunan, misalnya: berkemah, pergi memancing,
naik gunung bersama keluarga, piknik ke tempat favorit keluarga, atau bahkan
bisa juga memiliki tema pendidikan seperti berkebun, membantu komunitas
atau mengajar di panti asuhan, menyantuni anak jalanan, dan sebagainya.
3.
Membuat tradisi atau ritual pada hari raya keagamaan, misalnya:
bersama keluarga melakukan ibadah keagamaan, berdoa atau salat bersama, pulang kampung, bertemu dengan keluarga besar
dan saudara sekampung, atau bisa juga menghabiskan liburan hari raya untuk refreshing bersama keluarga besar, dan sebagainya.
4.
Membuat tradisi
atau ritual pada hari peringatan hari besar nasional, misalnya: berpartisipasi
pada lomba untuk peringatan 17-an, membuat moment khusus bersama keluarga pada Hari
Ibu, pada Hari Anak Nasional, Hari
Keluarga, Hari Kesetiakawanan nasional, dan sebagainya.
Demikian
kiat-kiat agar ritual keluarga yang Anda bangun dapat berjalan efektif dan memperkuat
komunikasi serta ikatan keluarga Anda. Selamat mencoba, dan semoga bermanfaat!
*Praktisi literasi media & perlindungan
anak
**Sumber ilustrasi:https://id.pinterest.com/pin/80501912078915406/
Semoga kita menemukan pelangi dalam kehidupan berkeluarga ...
BalasHapusAmiin, terimakasih Kak Ida responnya 🙏
BalasHapus