Langsung ke konten utama

Lima Tips Praktis Dampingi Anak Hadapi Ujian

 Untuk Anda yang memiliki anak usia sekolah kelas 12, pasti tengah merasakan kehebohan mendampingi mereka belajar menghadapi ujian masuk  perguruan tinggi. Dalam kondisi ini, penting Anda berperan secara tepat untuk mendukung anak Anda melalui masa-masa persiapan ujian ini. Hal ini karena jika cara Anda tidak tepat, sangat mungkin yang terjadi justru di luar harapan Anda.

        Upaya Anda memotivasi dan mendorong anak giat belajar hadapi ujian, jangan sampai malah membuat anak semakin terbebani. Anak tambah stres dan hilang motivasi belajarnya. Untuk itu penting sekali para orang tua mampu bijak dalam mendampingi anak hadapi ujian seleksi perguruan tinggi ini, agar jangan sampai salah langkah. Berikut ini lima tips praktis dampingi anak hadapi ujian yang saya rangkum untuk Anda. Semoga bermanfaat!

1) Ketahui jadwal ujian

Mengetahui jadwal ujian adalah hal praktis pertama yang dapat Anda lakukan dalam mendukung anak sukses hadapi ujian. Hal ini terlihat merupakan hal kecil, akan tetapi dengan Anda mengetahui hari ujian dan jam berapa anak Anda ujian, anak akan merasa bahwa ia tidak berjuang sendiri. Carilah info dari guru penangungjawab kurikulum, atau Anda dapat mencarinya di laman kementerian atau lembaga yang berwenang.

2) Tingkatkan produktivitas dengan imbalan jangka pendek

Umumnya orangtua memotivasi anak dengan imbalan setelah mereka lulus suatu ujian. Padahal dalam pikiran anak, justru ini malah menjadi beban. Hal ini karena imbalan setelah ujian, mereka rasakan waktunya sangat lama, seolah masih jutaan tahun cahaya lagi dan mereka mungkin merasa seperti memiliki gunung untuk didaki di antara sekarang dan nanti.

Untuk itu, jika Anda ingin memotivasi mereka untuk belajar lebih banyak atau untuk menyoroti kemajuan yang mereka buat, sebaiknya buatlah sistem penghargaan berdasarkan tujuan jangka pendek. Misalnya, setelah mereka mengerjakan sejumlah x pertanyaan atau mencapai score tertentu pada saat try out (TO), maka Anda memberi kesempatan pada mereka untuk dapat memanjakan diri dengan pergi ke salon, atau menonton pocast selama satu jam, atau makan camilan kesukaan, dan sebagainya.

Hal ini karena, jika mereka diharapkan belajar tanpa lelah dan tanpa kesenangan kecil di sela-sela kesibukan belajar mereka, sesungguhnya itu merupakan permintaan yang sangat sulit dan membuat motivasi serta kekuatan mental mereka pasti akan berkurang.

3) Dorong seseorang dengan pengalaman ujian untuk berbicara dengan anak

Jika Anda mengkhawatirkan anak Anda dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian, apalagi jika mereka tidak mau terbuka kepada Anda, maka dorong mereka untuk berbicara dengan seseorang yang baru saja lulus ujian dan dapat menjelaskan ketakutan mereka. Pada saat itu, bisa jadi anak berpikir orang tua tidak akan bisa memahami situasi yang mereka hadapi, akan tetapi sepupu atau teman yang lebih tua dan dengan senang hati berbicara kepada mereka tentang perasaan saat menghadapi ujian, sangatlah bermanfaat. Orang-orang yang baru saja lulus tersebut, mampu memberi anak Anda beberapa nasihat bagus berdasarkan pengalaman mereka.

 4) Pastikan anak berlatih manajemen waktu untuk hadapi ujian

Selama persiapan menghadapi ujian, ada baiknya Anda membantu anak Anda untuk menyetel pengatur waktu untuk menyelesaikan setiap tugas individu dan melihat seberapa banyak yang dapat mereka lakukan dalam jangka waktu tersebut. Ini akan membantu anak Anda mengukur kemampuan diri dalam menyelesaikan soal-soal yang akan mereka hadapi. Jika sering berlatih, maka mereka dapat menjadi lebih cepat menyelesaikan soal dan akan merasakan berapa banyak waktu yang mereka miliki dalam ujian.

Hal ini karena tak sedikit siswa yang mengatakan kepada saya bahwa mereka khawatir kehabisan waktu dalam ujian, seolah-olah mereka tidak memiliki kendali atasnya. Namun, jika mereka mulai mempraktikkan manajemen waktu dengan setiap latihan soal mulai sekarang, itu adalah keterampilan yang akan sangat diperlukan pada saat benar-benar hadapi ujian di bulan April atau Mei nanti.

5) Ubah suasana untuk hasil yang lebih baik

Jika Anda merasa anak Anda sudah mulai jenuh belajar, coba ajak mereka untuk berganti suasana atau tempat belajar. Misalnya ke taman belakang untuk belajar, atau belajar di teras depan dan samping rumah juga bisa. Jika lingkungan Anda cukup kondiusif, bahkan mungkin juga mengajak anak Anda belajar di sebuah kedai kopi atau rumah makan, atau taman kota. Anda bisa menemani mereka sambil membaca majalah atau buku dan mereka membawa catatan mereka. Ini bisa menjadi tempat yang menyenangkan untuk anak belajar. Mereka pun dapat istirahat dari rutinitas dan memberi mereka kesempatan untuk berbicara dengan Anda secara empat mata jika mereka mau.

Demikian lima tips praktis dampingi anak hadapi ujian. Sebagai catatan terakhir, jika Anda dapat merasakan adanya aura negatif (rasa pesimis, khawatir berlebihan, dan sebagainya) mendominasi proses berpikir mereka, Anda dapat mengajak anak Anda berpikir lebih positif. Salah satu caranya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: "Apa saja yang berjalan baik hari ini?"; "Bagian mana dari subjek ini yang menurutmu paling nyaman?"; "Ingatkah  waktu kamu pernah berpikir sesuatu atau X itu tidak mungkin, tapi lihatlah kini Kamu sudah bisa melakukannya dengan mudah". Pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan tadi akan melatih anak Anda kembali fokus ke arah positif. Namun, jika semuanya masih gagal, Anda dapat langsung tanyakan pada anak Anda, "Apa yang dapat Ibu lakukan untuk membantu kamu, Nak?" Semoga bermanfaat!

*Praktisi literasi media & perlindungan anak

*sumberilustrasi: https://id.pinterest.com/pin/775674735808727850/

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...