Ketika menyiapkan materi untuk seminar Ramadhan di masjid dekat rumah, saya kembali membaca artikel-artikel tentang parenting berbasis agama. Ternyata pengasuhan ayah punya pengaruh besar pada karakter anak. Berdasarkan artikel yang saya baca, seorang anak yang tumbuh dengan cukup memperoleh kasih sayang dan perhatian dari ayahnya, maka ia biasaya akan punya keberhasilan secara akademis, kestabilan sosio emosi pada usia sekolah, kemampuan pemecahan problem, kemampuan menghadapi kesulitan dengan tenang, mempunyai banyak ide untuk mengatasi masalah, dapat menangani dengan baik kejadian yang tidak terduga, hingga selalu siap menangani permasalahan.
Sayangnya,
bila melihat kenyataan di masyarakat kita saat ini terlihat minim sekali peran
ayah dalam pengasuhan anak. Indikasi ini bisa kita lihat pada saat menghadiri forum-forum
atau seminar tentang parenting, maka yang terlihat umumnya dihadiri oleh para
ibu. Begitu juga pada organisasi orang tua di sekolah-sekolah yang aktif
menjadi pengurus adalah kaum ibu. Fenomena ini juga terlihat pada saat
pengambilan rapor hasil belajar anak, maka yang hadir biasanya adalah sang ibu
ketimbang ayahnya. Alasan yang sering dipakai adalah bahwa ayah sibuk bekerja
mencari nafkah. Namun, saat ini tak sedikit kaum ibu pun ikut bekerja, sehingga
berbagi peran dalam pengasuhan pada anak sesungguhnya sebuah keniscayaan,
terlepas salah satu atau kedua orang tua
bekerja rutin atau tidak.
Tak
mengherankan bila saat ini masih banyak anak-anak yang bermasalah di sekitar
kita. Baik masalah yang kecil hingga
besar. Mulai dari sekadar sering bimbang ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan
di sekitarnya, kesulitan belajar, kurang pandai mengatasi masalah yang
dihadapi, cepat panik hingga anak-anak yang terlibat kriminalitas seperti
penyalahgunaan obat, seks bebas, pornografi, tawuran, dan prostitusi.
Untuk
itu, sebagai orang tua, penting kita meninjau ulang kerjasama kita selaku ayah
dan ibu dalam membimbing dan mengasuh anak-anak kita selama ini. Pembagian
peran dibutuhkan bukan hanya dalam hal pemenuhan kebutuhan fisik anak-anak
semata, namun juga pada pemberian perhatian dan kasih sayang, begitu juga
kesempatan untuk memberi anak mengaktualisasikan diri, mengeksplor lingkungan,
dan belajar dari teladan orang tua dan orang-orang disekitarnya.
Meski
sekarang perempuan sudah semakin maju, dari segi pendidikan dan keterampilan,
tetap saja peran ayah sangat penting dalam kehidupan anak. Terkait peran
penting ayah dalam pengasuhan, saya merasakan sendiri di rumah kami. Seorang teman bahkan mengumpamakan pentingnya peran ayah
melalui analagi bahkan melalui suara bariton sang ayah, di rasa menghujam
hingga ke lubuk hati anak, ketimbang suara cempreng ibu. Suatu aturan di rumah,
bila ayah yang bicara, maka anak segera menurut walau baru satu kali disampaikan.
Padahal hal yang sama, mungkin sudah berkali-kali ibu sampaikan, namun anak
tidak segera berubah.
Di sisi lain, peran ayah sangat nampak nyata dibutuhkan
di kala keluarga menghadapi krisis. Setiap kali lampu di rumah mati, maka ayah
pasti tampil untuk segera mengganti. Saat genting ada
yang bocor, ayah yang umumnya punya peran besar memperbaiki. Termasuk pada saat
bencana yang mengancam keluarga seperti banjir, tanah longsor, gempa, tsunami,
dan sebagainya, biasanya ayahlah yang tampil ke depan memimpin dengan taktis segala
hal yang sangat dibutuhkan keluarga di masa krisis.
Sebagaimana
yang pernah kami alami juga. Beberapa hari sebelum Ramadhan 1442 H, usai saya
berwudhu untuk salat malam, saya
terkejut melihat ular sepanjang 1 (satu) meter tengah melata di lantai dapur.
Saya hanya bisa berteriak, memanggil ayahnya anak-anak. Suami yang waktu itu
baru selesai dari kamar mandi langsung datang membawa tongkat panjang, dan
tanpa ragu menghantam kepala si ular hingga tewas. Setelahnya, tanpa banyak
cakap memasukan bangkai ular itu ke dalam kantong plastik, kemudian membuangnya
ke tempat sampah. Selanjutnya,
ayah pun langsung mengepel lantai dengan desinfektan sehingga sisa bisa dan
darah ular tidak terlihat lagi bekasnya.
Saya
tentu bersyukur kala itu, ada suami dan ayah anak-anak yang sigap di rumah.
Entah apa jadinya, jika ayah tidak ada saat bencana datang. Sementara
contoh-contoh keberanian, takstis di masa krisis, seperti ini tentu sangat
dibutuhkan oleh anak-anak dan keluarga sebagai bekal keterampilan hidup mereka
di masa yang akan datang. Jadi, wahai ayah, ayo kembali ke rumah, ya! Istrimu
dan anak-anakmu menunggu peranmu untuk melengkapi keutuhan dan kebutuhan
keluarga seutuhnya.
*Praktisi
literasi media dan perlindungan anak
*ilustrasi:
https://id.pinterest.com/pin/578501514632513736/
Peran ayah besar dalam pendidikan anak. Tengkyu, ayahnya anak2ku. Artikel yg inspiratif.
BalasHapusMasyaa Allah.. terima kasih share nya Bu.. Alhamdulillah, waktu sy sekolah dl, Bapak yg selalu ambil rapor sy setiap thn.. dan skr diikuti oleh Bapak nya anak² yg turut andil mengikuti prkembangan sekolah anak² 🙏🙏
BalasHapus