Langsung ke konten utama

Lima Tips Mensikapi Anak yang (Rentan) Gagal Melanjutkan ke Jenjang Pendidikan Selanjutnya

 Beberapa hari terakhir ini, Anda selaku orang tua dari anak-anak yang masih pelajar pasti telah menerima laporan hasil belajar ananda satu tahun terahir dari sekolah. Momen ini tentu sudah ditunggu-tunggu para orang tua dan juga siswa. Apalagi kali ini tahun ajaran yang sekaligus menentukan ananda akan lanjut di kelas berikutnya, atau tinggal kelas. Selain itu, ada juga sebagian dari Anda yang miliki anak lulus dari SD melanjutkan ke SMP, atau dari SMP melanjutkan ke SMA, maupun yang lulus dari SMA melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

               

Harapan semua orang tua termasuk Anda tentunya adalah keberhasilan ananda naik ke kelas selanjutnya atau diterima di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, apakah Anda sudah mempersiapkan diri? Nah, bagaimana sebaiknya orangtua mensikapi anak yang rentan atau bahkan tidak naik kelas atau gagal lolos seleksi program studi kampus idaman? Berikut lima tips dari saya yang bisa Anda coba terapkan, semoga bermanfaat!


1. Jadilah Orang Tua yang Terlibat

Tak sedikit orangtua yang pada saat seorang siswa masuk sekolah menengah, menjadi lepas tangan dengan pendidikan anaknya. Mereka seolah mengambil kursi belakang dalam memantau perkembangan anak mereka. Kehadiran di pertemuan orang tua-guru menurun dan siswa dibiarkan sendiri melakukan apa yang diperlukan untuk naik kelas atau lulus. Padahal langkah ini sungguh tidak tepat. Biar bagaimanapun, mereka masih anak-anak sehingga masih membutuhkan bimbingan Anda selaku orang tuanya, dan bukan hanya dari penasihat atau guru pembimbing mereka. Hal ini karena peran Anda selaku orang tua sangat penting dalam menjaga arah anak Anda pada jalurnya. 

  2. Jalin komunikasi dengan guru

Ketika anak Anda masuk dalam kategori siswa yang berisiko untuk tinggal kelas atau tidak lulus, maka komunikasi Anda dengan guru penting dibangun pada saat masih ada waktu untuk melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Komunikasi ini untuk membangun kembali motivasi dan semangat belajar anak Anda sehingga bangkit dari keterpurukannya dan kembali mengejar ketertinggalannya.

3.  Hadapi dan Dukung Anak

 Anak Anda tidak naik kelas atau gagal tembus kampus negeri idaman bukanlah berarti dunia kiamat. Anda sedih dan kecewa, pasti. Akan tetapi anak Anda lebih perlu dukungan dari Anda. Beberapa penelitian menunjukan tak jarang, siswa yang tinggal kelas justru kembali masuk sekolah dengan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman-temannya yang naik kelas. Begitu juga dengan anak-anak yang mencoba kembali di tahun berikutnya mengikuti ujian masuk ke perguruan tinggi. Hal ini karena beberapa anak memang membutuhkan sedikit lebih banyak remediasi, dan justru saat mereka menghadapi ujian kelulusan di tahun selanjutnya, mereka lebih siap dan mempunyai peluang untuk lulus lebih tinggi termasuk tembus di jurusan atau program studi di perguruan tinggi idaman.

4. Motivasi Anak untuk Berubah

Anda dapat komunikasikan pada anak bahwa tinggal kelas adalah pelajaran yang berharga. Mundur satu langkah untuk dapat lari seribu langkah. Yang terpenting adalah kebiasaan lama yang buruk harus segera anak Anda tinggalkan dan memulai kebiasaan baru yang lebih baik. Hal ini karena, anak Anda perlu disadarkan bahwa sungguh tidak mungkin saat ia tidak masuk kelas atau tidak kerjakan pekerjaan rumah atau, datang ke kelas terlambat, gagal dalam ujian, tidak mengerjakan proyek yang ditugaskan, tertidur di kelas, atau kombinasi apa pun di atas, dan kemudian di saat yang sama berharap untuk naik kelas atau lulus dari sekolah menengah. Untuk itu, ajak anak untuk menyadari kesalahannya, dan dorong ia untuk berubah.

          5. Ajak Anak Bertanggungjawab dengan masa depannya

Anak Anda, apalagi yang sudah duduk di sekolah menengah sebaiknya sering Anda ajak diskusi mengenai tujuan hidupnya, dan cita-cita masa depannya. Pembahasan ini mampu memicu anak untuk lebih bertanggung jawab dengan masa depannya. Sampaikan pula pada anak Anda bahwa ia kelak akan menjadi orang yang paling bahagia ketika semua rencana dan cita-citanya itu tercapai, meskipun Anda selaku orang tua dan orang-orang yang ia cintai juga akan turut berbahagia untuk pencapaian itu. Sampaikan juga padanya, bahwa kondisi sebaliknya juga akan berlaku sama. Saat ia harus menyampaikan berita kepada Anda selaku orang tuanya dan orang-orang yang ia cintai, maka dirinya sendirilah yang akan paling bersedih saat kenyataan yang hadir adalah undangan untuk sebuah ‘perayaan’ karena ia tidak lulus! Untuk itu, pastikanlah pembicaraan ini Anda lakukan pada saat yang tepat, karena anak Anda perlu waktu untuk berpikir jernih dan berubah. Jangan pernah Anda menuntut hasil yang instan, hal ini karena tidak akan pernah ada hasil sesuai harapan saat Anda terburu-buru untuk mendapatkan pekerjaan satu semester dalam sehari!

*Praktisi literasi media, komunikasi keluarga, dan perlindungan anak

           *sumber ilustrasi:https://id.pinterest.com/pin/615163630345000754/

Komentar

  1. Aku sudah membaca nya mb
    Good Thingking 👍
    Aku jd teringat tanaman saya, tidak ada hasil yg instant sampai mereka seindah itu,harus dirawat dipastikan segala perkembangannya dr segala aspek, mengerti "seperti apa" mereka.(konteks asosiasi)
    Hanya orangtua,bp ibunya yg paling memahami gaya & karakter anaknya dan menyesuaikan perlakuam perawatan.untuk.sianak .
    Semoga kita semakin memahami mereka . 🙏🏼

    BalasHapus
  2. Terimakasih Bu Azimah atas edusharingnya. Seringkali kita sebagai orang tua melakukan kesalahan yg tidak seharusnya dilakukan.

    BalasHapus
  3. Terika kasih Bu.. atas sharing nya.. Supeeerr sekalii 🙏

    BalasHapus
  4. Sangat bermanfaat sebagai edukasi untuk orang tua...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...