Beberapa hari terakhir ini, Anda selaku orang tua dari anak-anak yang masih pelajar pasti telah menerima laporan hasil belajar ananda satu tahun terahir dari sekolah. Momen ini tentu sudah ditunggu-tunggu para orang tua dan juga siswa. Apalagi kali ini tahun ajaran yang sekaligus menentukan ananda akan lanjut di kelas berikutnya, atau tinggal kelas. Selain itu, ada juga sebagian dari Anda yang miliki anak lulus dari SD melanjutkan ke SMP, atau dari SMP melanjutkan ke SMA, maupun yang lulus dari SMA melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Harapan semua orang tua termasuk Anda tentunya adalah keberhasilan ananda naik ke kelas selanjutnya atau diterima di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, apakah Anda sudah mempersiapkan diri? Nah, bagaimana sebaiknya orangtua mensikapi anak yang rentan atau bahkan tidak naik kelas atau gagal lolos seleksi program studi kampus idaman? Berikut lima tips dari saya yang bisa Anda coba terapkan, semoga bermanfaat!
1. Jadilah Orang Tua yang Terlibat
Tak sedikit orangtua yang pada
saat seorang siswa masuk sekolah menengah, menjadi lepas tangan dengan
pendidikan anaknya. Mereka seolah mengambil kursi
belakang dalam memantau perkembangan anak mereka. Kehadiran di pertemuan orang tua-guru menurun dan siswa
dibiarkan sendiri melakukan apa
yang diperlukan untuk naik kelas atau lulus. Padahal langkah
ini sungguh tidak tepat. Biar bagaimanapun, mereka masih anak-anak sehingga
masih membutuhkan bimbingan Anda selaku orang tuanya, dan bukan hanya dari
penasihat atau guru pembimbing mereka. Hal ini karena peran Anda selaku
orang tua sangat penting dalam menjaga arah anak Anda pada jalurnya.
2. Jalin komunikasi dengan guru
Ketika anak Anda masuk dalam kategori siswa yang berisiko
untuk tinggal kelas atau tidak lulus, maka komunikasi Anda dengan guru penting
dibangun pada saat masih ada waktu untuk melakukan sesuatu sebelum semuanya
terlambat. Komunikasi ini untuk membangun kembali motivasi dan semangat belajar
anak Anda sehingga bangkit dari keterpurukannya dan kembali mengejar ketertinggalannya.
3. Hadapi dan Dukung
Anak
Anak Anda tidak naik kelas atau gagal tembus kampus
negeri idaman bukanlah berarti dunia kiamat. Anda sedih dan kecewa, pasti. Akan
tetapi anak Anda lebih perlu dukungan dari Anda. Beberapa penelitian menunjukan
tak jarang, siswa yang tinggal kelas justru
kembali masuk sekolah dengan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
teman-temannya yang naik kelas. Begitu
juga dengan anak-anak yang mencoba kembali di tahun berikutnya mengikuti ujian
masuk ke perguruan tinggi. Hal ini karena beberapa anak
memang membutuhkan sedikit lebih banyak remediasi, dan justru saat mereka menghadapi
ujian kelulusan di tahun selanjutnya, mereka lebih siap dan mempunyai peluang untuk
lulus lebih tinggi termasuk tembus di jurusan atau program studi di perguruan
tinggi idaman.
4. Motivasi Anak untuk Berubah
Anda dapat komunikasikan
pada anak bahwa tinggal kelas adalah pelajaran yang berharga. Mundur satu
langkah untuk dapat lari seribu langkah. Yang terpenting adalah kebiasaan lama
yang buruk harus segera anak Anda tinggalkan dan memulai kebiasaan baru yang
lebih baik. Hal ini karena, anak Anda perlu disadarkan bahwa sungguh tidak
mungkin saat ia tidak masuk kelas atau tidak
kerjakan pekerjaan rumah atau, datang ke kelas terlambat, gagal dalam ujian,
tidak mengerjakan proyek yang ditugaskan, tertidur di kelas, atau kombinasi apa
pun di atas, dan kemudian di saat yang sama berharap untuk naik kelas atau lulus
dari sekolah menengah. Untuk itu, ajak anak untuk menyadari kesalahannya, dan
dorong ia untuk berubah.
5. Ajak Anak Bertanggungjawab dengan masa
depannya
Anak Anda, apalagi yang sudah duduk di sekolah menengah sebaiknya sering Anda ajak diskusi mengenai tujuan hidupnya, dan cita-cita masa depannya. Pembahasan ini mampu memicu anak untuk lebih bertanggung jawab dengan masa depannya. Sampaikan pula pada anak Anda bahwa ia kelak akan menjadi orang yang paling bahagia ketika semua rencana dan cita-citanya itu tercapai, meskipun Anda selaku orang tua dan orang-orang yang ia cintai juga akan turut berbahagia untuk pencapaian itu. Sampaikan juga padanya, bahwa kondisi sebaliknya juga akan berlaku sama. Saat ia harus menyampaikan berita kepada Anda selaku orang tuanya dan orang-orang yang ia cintai, maka dirinya sendirilah yang akan paling bersedih saat kenyataan yang hadir adalah undangan untuk sebuah ‘perayaan’ karena ia tidak lulus! Untuk itu, pastikanlah pembicaraan ini Anda lakukan pada saat yang tepat, karena anak Anda perlu waktu untuk berpikir jernih dan berubah. Jangan pernah Anda menuntut hasil yang instan, hal ini karena tidak akan pernah ada hasil sesuai harapan saat Anda terburu-buru untuk mendapatkan pekerjaan satu semester dalam sehari!
*Praktisi literasi media, komunikasi keluarga, dan perlindungan anak
*sumber ilustrasi:https://id.pinterest.com/pin/615163630345000754/
Aku sudah membaca nya mb
BalasHapusGood Thingking 👍
Aku jd teringat tanaman saya, tidak ada hasil yg instant sampai mereka seindah itu,harus dirawat dipastikan segala perkembangannya dr segala aspek, mengerti "seperti apa" mereka.(konteks asosiasi)
Hanya orangtua,bp ibunya yg paling memahami gaya & karakter anaknya dan menyesuaikan perlakuam perawatan.untuk.sianak .
Semoga kita semakin memahami mereka . 🙏🏼
Terimakasih Bu Azimah atas edusharingnya. Seringkali kita sebagai orang tua melakukan kesalahan yg tidak seharusnya dilakukan.
BalasHapusTerika kasih Bu.. atas sharing nya.. Supeeerr sekalii 🙏
BalasHapusSangat bermanfaat sebagai edukasi untuk orang tua...
BalasHapus