Anak atau remaja tidak selalu berada
di lingkungan yang nyaman. Dalam pergaulan di sekolah atau lingkungan rumah, mereka
tak jarang mengalami kecewa, merasa tidak diterima lingkungan, atau muncul perasaan negatif lainnya seperti
merasa sendiri, bosan, marah, dan stres. Tentunya perasaan-perasaan negatif
tadi butuh pelampiasan.
Sayangnya, tidak semua anak atau remaja tahu bagaimana melampiaskan
perasaan-perasaan negatif ini dengan cara yang tepat. Beberapa anak atau remaja melampiaskan perasaan negatif
mereka dengan cara melukai diri. Hal ini karena mereka anggap dapat menjadi
sarana untuk mengekspresikan rasa sakit mereka atau
sebagai mekanisme koping (memulihkan diri dari stres). Kebanyakan
pelakunya menyembunyikan luka, bekas luka, atau
luka bakar karena tidak ingin
mendapat perhatian ekstra dari perilakunya tersebut. Kondisi ini membuat
orang tuanya pun seringkali terlambat mengetahuinya, sehingga
mengancam jiwa anak sendiri.
Nah, untuk itu, kali ini saya akan membahas apa yang perlu orang tua
ketahui tentang anak yang melukai diri sendiri dan cara mengantisipasinya untuk Anda. Semoga
bermanfaat!
Apa
itu Perilaku Anak atau Remaja yang Melukai
Diri Sendiri?
Perilaku melukai diri
sendiri adalah tindakan menyakiti diri sendiri secara fisik tanpa niat untuk
mati. Perilaku ini adalah tanda adanya tekanan emosional. Bentuk melukai diri
yang paling umum adalah memotong, membakar, atau menggaruk kulit dan membuat memar
jaringan tubuh. Kebanyakan orang yang berperilaku melukai diri sendiri mulai melakukannya
ketika mereka remaja.
Orang yang mengalami perilaku melukai diri sendiri paling
sering didiagnosis dengan gangguan mood,
gangguan makan, gangguan kepribadian, dan/atau gangguan kecemasan. Banyak yang
melukai diri sendiri tidak memiliki kelainan yang dapat didiagnosis sama
sekali. Antara 14 persen dan 24 persen remaja dan dewasa muda di komunitas
melaporkan terlibat dalam melukai diri sendiri setidaknya sekali dalam hidup
mereka.
Namun demikian, perilaku melukai diri sendiri ini
bukanlah upaya untuk membunuh diri sendiri. Beberapa orang yang melukai diri
sendiri bahkan mengatakan mereka melakukannya justru untuk berhenti dari
bertindak atau berpikiran untuk bunuh diri. Meskipun melukai diri sendiri dan
perilaku bunuh diri sangat berbeda, banyak orang yang melukai diri sendiri
mungkin juga memiliki perasaan ingin bunuh diri. Jika Anda melihat tanda-tanda
peringatan bunuh diri pada anak Anda, segera pergi ke ruang gawat darurat
fasilitas kesehatan di sekitar Anda.
Meskipun melukai diri sendiri berbeda dari perilaku
bunuh diri, hal itu masih memprihatinkan karena memang meningkatkan risiko
bunuh diri. Melukai diri membuat seseorang terbiasa merusak tubuhnya untuk
menghadapi emosi atau situasi yang menyusahkan. Seiring waktu, menyakiti diri
sendiri dapat meningkatkan perasaan malu dan tidak berharga yang juga merupakan
faktor yang sangat berisiko bagi seseorang untuk bunuh diri.
Penyebab
Perilaku Melukai Diri Sendiri
Para remaja dan dewasa muda yang melukai diri sendiri
pada umumnya melaporkan bahwa mereka melakukannya untuk mengatasi
perasaan-perasaan yang mengecewakan, untuk merasakan sesuatu ketika mereka mati
rasa, dan/atau untuk mengekspresikan rasa sakit mereka. Hal ini karena memang
berdasarkan hasil penelitian, ada bukti bahwa melukai diri melepaskan endorfin
di otak, membantu orang yang melukai diri untuk merasa lebih baik dalam jangka
pendek.
Namun, melukai diri bukanlah keterampilan koping
jangka panjang yang sehat. Hal ini karena perilaku melukai diri sendiri merupakan
faktor yang berisiko untuk perilaku bunuh diri di kemudian hari. Ada juga
kepercayaan umum bahwa melukai diri sendiri adalah mencari perhatian. Akan tetapi
pada kenyataannya, kebanyakan orang yang melukai diri menyembunyikan luka,
bekas luka, atau luka bakar karena untuk menghindari perhatian ekstra tidak
diinginkan.
Siapa
Saja yang Memiliki Potensi Berperilaku Melukai Diri Sendiri?
Anak muda yang berjuang untuk menghadapi emosi negatif
atau berbicara tentang masalah mereka berisiko lebih tinggi untuk berperilaku
melukai diri sendiri. Faktor risiko lainnya yang termasuk mendorong seseorang
berperilaku melukai diri sendiri, antaralain: tidak memiliki keterampilan
koping yang sehat, memiliki kondisi kesehatan mental yang terganggu,
dikeluarkan atau didiskriminasi oleh teman sebaya, dan mengenal/meniru
seseorang yang melukai diri sendiri. Ada anggapan bahwa hanya perempuan yang
melukai diri sendiri, namun, pada kenyataannya perempuan dan laki-laki memiliki
risiko yang sama untuk mempunyai perilaku melukai diri.
Saat ini tak sedikit remaja yang menggunakan media
sosial untuk belajar tentang perilaku melukai diri sendiri dan/atau menjalin hubungan
dengan orang lain yang mungkin mendorong mereka melukai diri sebagai cara
mengelola stres. Untuk itu, Anda sebagai orang tua harus mewaspadainya.
Meskipun beberapa media sosial memiliki kebijakan yang membatasi anak-anak dan
remaja melihat atau tersekpos postingan yang berisi muatan-muatan melukai diri,
saya sarankan Anda tetap harus mewaspadainya.
Hal ini karena beberapa remaja melaporkan ada situs
web yang menginstruksikan pengunjungnya mengenai cara melukai diri sendiri
dengan sangat detail langkah demi langkah. Meskipun belum ada data yang
menunjukkan bahwa media sosial secara langsung meningkatkan perilaku melukai diri
sendiri, para ahli khawatir bahwa media sosial dapat menyebarkan paham
menganggap biasa perilaku melukai diri dengan mengelompokannya sebagai
keterampilan mengatasi stres yang wajar di kalangan remaja.
Tanda-Tanda
Anak
yang Berperilaku Melukai Diri Sendiri
Mengingat banyak
remaja yang berprilaku melukai diri sendiri menyembunyikan bekas luka mereka
dan tidak ingin orang lain tahu tentang perilaku ini, membuat kita sulit mengantisipasinya
jika hanya memperhatikan tanda-tanda luka pada diri pelaku. Namun demikian,
berikut ini ada tanda-tanda peringatan yang dapat Anda jadikan pegangan bahwa
anak/remaja berperilaku melukai diri sendiri:
§ terdapat
luka di tubuh anak/remaja seperti: luka bakar, gores, atau memar yang tidak dapat
ia jelaskan. Luka ini biasanya ada pada lengan, kaki, atau perut;
§ anak/remaja
sering memakai perban;
§ ditemukan
pisau cukur, benda tajam, pisau, atau benda lain yang dapat digunakan untuk
melukai diri sendiri di kamar anak/remaja;
§ anak/remaja
mengenakan kemeja lengan panjang atau celana dalam cuaca panas;
§ adanya
keengganan anak/remaja untuk berpartisipasi
dalam kegiatan yang membutuhkan lebih sedikit pakaian (misalnya: berenang);
§ anak/remja
mengenakan sebuah gelang tangan, beberapa gelang, atau gelang kulit pita lebar
untuk menutupi luka;
§ anak/remaja
memiliki ekspresi membenci diri sendiri, malu, atau tidak berharga;
§ anak/remaja
cenderung menarik diri dari keluarga dan teman.
Penting bagi Anda untuk mencari semua tanda peringatan
ini jika Anda memang mencurigai anak/remaja mengalami perilaku melukai dirinya
sendiri. Meskipun banyak remaja yang melukai diri sendiri mengisolasi diri dari
yang lain, beberapa ada yang tetap bergaul dengan teman dan keluarga dan tampak
bahagia.
Perilaku
Melukai
Diri Sendiri Mungkin Disembuhkan
Anda tidak perlu khawatir berlebihan. Perilaku melukai
diri sendiri pada anak/remaja masih mungkn untuk disembuhkan. Mengingat
perilaku melukai diri sering digunakan oleh pelakunya sebagai mekanisme koping
(memulihkan diri dari stres), maka menyembuhkan perilaku melukai diri sendiri
dapat dilakukan dengan memberikan pelaku alternatif yang efektif untuk
mengelola emosi mereka.
Tentu saja, seorang
anak/remaja perlu dimotivasi untuk menghentikan perilaku melukai diri sendri
sehingga jalan menuju pemulihan bisa dimulai. Motivasi untuk sembuh bisa rendah
ketika orang merasa mereka hanya memiliki satu alat untuk mengelola rasa sakit
mereka, yaitu melukai diri sendiri. Seorang terapis yang terampil akan membantu
anak/remaja yang melukai diri sendiri yaitu dengan mengevaluasi peran yang
dimainkan oleh perilaku melukai diri sendiri ini dalam kehidupan mereka,
misalnya menantang gagasan apakah benar hanya dengan melukai diri sendiri yang
dapat mengurangi kesusahan.
Terapis kemudian mengajak anak/remaja untuk
selanjutnya membangun kepercayaan diri mereka dan memilih keterampilan koping
yang lebih sehat, seperti: berolahraga, meyalurkan hobi memasak, merawat
tanaman, menulis buku, dan sebagainya. Selain itu, terapis biasanya akan
melibatkan keluarga untuk membangun jaringan dukungan emosional yang jelas bagi
anak, agar mereka dapat mempersiapkan diri seandainya anak/remaja kemungkinan
kambuh, dan juga untuk merayakan kesuksesan di setiap tahap upaya penyembuhan
bagi pelaku.
Tips Orang Tua Menyikapi Anak yang
Melukai
Diri Sendiri
Apabila Anda melihat ada
tanda-tanda pada anak/remaja berperilaku melukai diri sendiri, sebaiknya atasi
masalah ini sesegera mungkin. Hal ini karena perilaku melukai diri sendiri
jarang ada yang sembuh dengan sendirinya. Dukungan dan pertolongan dari
orang-orang di sekitar mereka sangat besar perannya. Namun demikian, Anda juga
sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut ini:
§ Waspadai
emosi Anda sendiri. Orang tua yang mengetahui bahwa anak mereka melukai diri
sendiri mungkin merasakan berbagai perasaan negatif, seperti: kemarahan,
kesedihan, syok, kecemasan, dan/atau rasa bersalah. Jika emosi Anda mulai
meninggi, ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan anak.
§ Saat
Anda tenang, mulailah dengan memberi tahu anak, apa yang telah Anda ketahui
tentang perilakunya dan mengapa Anda khawatir.
§ Tanyakan
perasaan anak Anda. Ini berbeda dengan menanyakan perilaku anak Anda. Anda
tidak harus setuju dengan melukai diri sendiri sebagai alat untuk pelampiasan
emosinya. Namun, setidaknya dengan mengetahui apa yang anak rasakan, Anda dapat memberikan alternatif solusi bagi anak.
§ Dengarkan
keluh kesah anak tanpa menghakimi. Biarkan anak Anda berbicara dengan bebas
tanpa Anda bereaksi berlebihan ketika dia berbicara. Kemudian tawarkan pikiran
Anda.
§ Berbicaralah
dengan nada tenang dan nyaman.
§ Tawarkan
jaminan bahwa Anda akan melewati masa sulit anak/remaja ini secara bersama-sama.
§ Untuk
menumbuhkan empati, Anda dapat memikirkan bagaimana Anda berada di posisi
anak/remaja dan kira-kira reaksi apa yang anak/remaja inginkan dilakukan oleh
orang dewasa di sekitarnya ketika tahu mereka sedang tertekan secara emosional.
§ Jangan
menekan anak Anda untuk berbicara. Jika Anda merasa cemas, anak mungkin juga
cemas. Perilaku melukai diri sendiri adalah topik yang membuat stres bagi semua
orang. Jika anak Anda melukai diri sendiri, itu menunjukkan bahwa anak Anda
mengalami kesulitan untuk mengungkapkan emosinya. Biarkan anak Anda tahu bahwa
Anda selalu bersedia untuk berbicara lagi di lain waktu.
§ Dapatkan
bantuan profesional untuk anak Anda dari terapis berlisensi dengan pengalaman
mengobati perilaku melukai diri sendiri.
*Praktisi Perlindungan Anak dan Literasi Media
** sumber ilustrasi: https://id.pinterest.com/pin/57280226496830280/
Komentar
Posting Komentar