Anak adalah amanah dari Sang Pencipta
kepada orang tuanya. Terutama untuk dijaga, dilindungi dan diberi limpahan
kasih sayang sehingga ia bisa tumbuh optimal menjadi penerus generasi. Namun,
bagaimana jika anak justru mengalami kekerasan di dalam rumah? Pelakunya orang
terdekatnya sendiri bahkan orang tuanya? Tentu sangat miris karena pengaruhnya
akan berdampak panjang terutama pada mental sang anak. Sayangnya, belakangan
ini kita justru kerap menemukan kekerasan pada anak di dalam rumah oleh orang
tuanya sendiri. Bahkan ada yang hingga meregang nyawa sebagaimana kasus yang
terjadi akhir tahun lalu di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kita tentu tidak
berharap kejadian semacam ini berulang. Mari kita menjadi bagian dari solusi
untuk mengatasinya. Berikut 11 tips dari saya dalam upaya pencegahan kekerasan
pada anak, semoga bermanfaat!
1.
Orang Tua sebagai Teladan Berkata-Kata
dan Bertindak dengan Kesabaran dan Kasih Sayang.
Anak belajar menjadi manusia seutuhnya
dari lingkungan terdekatnya. Oleh karena itu, Anda sebagai orang tua penting menjadi
contoh positif di rumah dengan berkata-kata dan bertindak penuh kesabaran dan
kasih sayang, tanpa menggunakan kekerasan. Dengan demikian anak menjadi nyaman dana
man di berada di dekat Anda dan keuntungan lainnya perilaku anak pun akan juga
mengikuti apa yang Anda contohkan.
2. Pahami Tumbuh Kembang dan Perilaku Anak
Sesuai Usianya.
Tak
sedikit orang tua yang melakukan kekerasan pada anak karena tidak memahami
tumbuh kembang anak. Mereka memberi beban kepada anak untuk mengerjakan
pekerjaan rumah, atau meminta anak memahami kondisi keterbatasan orang tua
namun dengan cara dan perlakuan sebagaimana orang dewasa. Ketika anak tidak
paham dan keliru melaksanakan perintah sesuai harapan orang tuanya, maka
kekerasan itu terjadi. Oleh karena itu, penting Anda memahami tumbuh kembang
dan perilaku anak sesuai usianya, agar Anda dapat berkomunikasi dan menghargai
anak sesuai dengan kapasitasnya. Anda juga penting mengidentifikasi sumber
gangguan yang mungkin ada di sekitar anak sesuai usianya, misal: anak balita
kemungkinan gangguan dari pengasuhnya, atau orang diskitar rumah, saat anak masuk
TK kemungkinan gangguan bisa dari teman sebayanya di sekolah, atau persepsi
anak tentang gurunya, dsb.
3. Terus Belajar Cara Berinteraksi dan
Membangun Disiplin Positif.
Ilmu pengetahuan terus berkembang,
termasuk berdasarkan kasus-kasus pengasuhan terhadap anak. Oleh karena itu,
penting Anda juga terus belajar cara berinteraksi dan membangun disiplin anak
tanpa menggunakan kekerasan, dan menerapkan pendekatan disiplin positif. Anda
bisa ambil banyak pelajaran dari kasus-kasus kekerasan yang terjadi di sekitar
Anda. Apalagi jika sampai viral, umumnya media juga akan mengutip pernyataan
ahli terutama mengapa hal semacam itu terjadi dan cara mengantisipasinya.
4. Berlatih Mengelola Emosi dalam
Mengasuh Anak.
Banyak kasus kekerasan pada anak karena
orang tua tidak dapat mengontrol amarahnya. Untuk itu, penting Anda menyadari
potensi diri sebagai pelaku kekerasan terhadap anak dan mau berlatih mengelola
emosi dalam mengasuh anak.
5. Mengenalkan Anak tentang Kesehatan Reproduksi
dan Bahaya Pornografi.
Kekerasan pada anak bukan hanya
kekerasan fisik atau verbal semata. Tak jarang kekerasan seksual juga mungkin
menimpa anak. Oleh karena itu, Anda penting memberikan pemahaman kepada anak
tentang kesehatan reproduksi, bagian-bagian tubuh, serta bahaya pornografi
sesuai usianya. Pemberian pemahaman ini, agar anak dapat mengantisipasi bila
ada orang yang mendekatinya dengan maksud/tujuan mengintimidasinya secara
seksual.
6. Membiasakan Komunikasi Terbuka dan
Menjadi Pendengar Baik.
Sebagai sosok yang masih tumbuh dan
berkembang, anak jelas minim pengalaman. Bimbingan dari Anda sebagai orang
tuanya sangat anak butuhkan. Oleh karena itu, membiasakan komunikasi terbuka
dengan anak dan menjadi pendengar yang baik untuk membangun hubungan yang sehat,
penting Anda lakukan. Terutama agar Anda dapat membimbing dan mengarahkan anak
dengan lebh mudah dan tanpa hambatan berarti.
7. Sepakati Cara untuk Mengetahui
Keadaan Anak.
Sebagai
orang tua, Anda tidak mungkin berada di sisi anak setiap waktu. Pasti
adakalanya anak berada jauh dari Anda, misalnya saat ia bersekolah, atau
berlibur ke tempat kerabat. Untuk itu, Anda penting menyepakati bersama anak
tentang cara agar Anda atau pengasuh
dapat tahu keadaan anak, termasuk saat anak berselancar di dunia maya.
8. Ajarkan Anak Bersikap Asertif.
Anda juga penting mengajarkan anak
untuk bersikap asertif, mampu menolak dan mengatakan TIDAK saat menerima
perlakuan buruk atau sentuhan yang tidak nyaman. Cara yang termudah adalah
memulainya dari rumah dengan menghargai dan mendengar keinginan anak selama
bukan merupakan hal yang membahayakan diri anak.
9. Jalin Komunikasi dengan Guru dan
Tetangga.
Biasakan
Anda menjalin komunikasi dengan guru dan tetangga untuk mengetahui perkembangan
anak di sekolah dan lingkungan rumah. Dengan demikian, bila ada hal-hal yang
potensial mengancam anak, Anda dapat segera mereka hubungi sehingga mudah untuk
mengantisipasinya.
10. Aktif dalam Kelas Pengasuhan di
Lingkungan Masyarakat.
Sangat berguna bila di lingkungan Anda
ada komunitas yang mengusung tema parenting atau pengasuhan. Sebaiknya Anda terlibat
aktif dalam komunitas tersebut. Tujuannya agar Anda dan para orang tua di
lingkungan Anda dapat saling belajar dan mendukung antara sesama orang
tua/pengasuh, baik secara langsung maupun daring.
11. Ajak Warga Sekitar untuk Membuat
Sistem Pemantauan Anak dan Pelaporan Kejadian.
Anda sebaiknya berinisiatif untuk mengajak
warga sekitar, minimal RT/RW, untuk membuat sistem pemantauan anak dan
pelaporan kejadian melalui grup WhatsApp warga atau sarana komunikasi sejenis.
Hal ini mengingat, kekerasan pada anak bisa terjadi di mana saja dan sebagai
warga masyarakat kita bertanggungjawab untuk melakukan tindak pencegahan.
Demikian pembahasan 11 upaya pencegahan kekerasan pada anak. Beberapa kasus kekerasan pada anak yang terjadi dan sempat viral, sesungguhnya telah diketahui sebelumnya oleh tetangga atau arga sekitar korban. Sayangnya, tidak cukup cepat diantisipasi atau malah terkesan dibiarkan karena khaatir dianggap mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Padahal, ketika konflik rumah tangga sudah menggunakan kekerasan, sudah sepatutnya kita sebagai warga masyarakat turut ambil bagian untuk melakukan pencegahan. Apalagi kekerasan pada anak atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga diatur dalam peraturan perundangan-undangan kita sebagai tindakan kejahatan (kriminal). Semoga 11 upaya pencegahan kekerasan pada anak dalam tulisan ini, bisa menjadi langkah awal Anda untuk terlibat aktif dalam perlindungan anak di mana pun Anda berada.
* Praktisi Perlindungan Anak dan Literasi Media
*sumber ilustrasi: https://id.pinterest.com/pin/1054053487766184251/
Komentar
Posting Komentar