Langsung ke konten utama

11 Upaya Penanganan Kekerasan pada Anak

                 Tidak ada orang tua yang ingin anaknya mengalami kekerasan, meskipun itu hanya di dalam mimpi. Segala daya dan upaya dilakukan orang tua untuk melakukan pencegahan kekerasan pada anak. Namun, saat takdir ternyata menghadirkan anak Anda menjadi korban kekerasan, tentu Anda tidak bisa berdiam diri. Berikut ini 11 upaya penanganan kekeasan anak yang saya tuliskan untuk Anda. Semoga bermanfaat!

1. Jangan Panik, Tetap Bersikap Tenang.

Anda sebaiknya tetap tenang dan hindari panik. Usahakan Anda tidak terbawa emosi dalam menanggapi situasi kekerasan pada anak. Mengingat panik dan emosi cenderung memperkeruh situasi dan tidak menyelesaikan masalah.  

2. Pastikan Anak Dipisahkan dari Sumber Ancaman.

Pastikan anak telah dipisahkan dari sumber ancaman. Jika perlu, Anda minta bantuan dari orang-orang di sekitar Anda seperti keluarga, tetangga, atau teman.

3. Beri Dukungan dengan Mendengarkan dan Tanpa Menyalahkan.

Anda penting untuk memberikan dukungan dengan mendengarkan anak tanpa menyalahkannya. Anda pun sebaiknya menanggapi dengan sungguh-sungguh terhadap pengalaman dan perasaan anak. Hal ini sangat membantu pemulihan anak dari trauma dan memahami persoalan untuk dicarikan solusinya.

4. Coba Mengerti Perasaan dan Keadaan Anak.

Berusahalah agar Anda dapat memahami perasaan dan keadaan anak. Tenangkan dan yakinkan anak bahwa Anda akan membantu mengatasi masalahnya. Berikan dukungan emosional yang anak butuhkan.

5. Dampingi Anak Selama Diperlukan.

Dampingi anak Anda selama ia membutuhkan. Terutama saat masa-masa awal hingga anak kemudian bisa melewati masa sulit akibat pengalaman buruknya.

6. Jangan Ragu Melindungi dan Melapor pada yang Berwajib.

Anda sebaiknya tidak ragu, malu, atau takut untuk melindungi anak dan melaporkan kejadian pada pihak berwajib jika diperlukan. Hal ini agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya di tempat yang sama kepada anak Anda atau di tempat yang berbeda dan kepada anak lain.

7. Bawa ke Puskesmas/Klinik/Rumah Sakit Jika Diperlukan.

Jika ada cedera dan membutuhkan tindakan medis segera, bawalah anak Anda ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit. Terutama agar anak Anda cepat mendapatkan pertolongan medis. Selain itu, mintakan visum juga, agar Anda memiliki bukti kuat atas kekerasan yang menimpa anak Anda.

8. Hati-hati dengan Privasi dan Kerahasiaan Anak.

Dalam kasus anak, penting bagi Anda untuk selalu berhati-hati dengan soal privasi dan kerahasiaan anak. Anda sebaiknya menghindari tindakan yang dapat menyulitkan atau menyebabkan kerugian lebih lanjut.

 9. Jangan Biarkan atau Diamkan, Laporkan untuk Mencegah Terulangnya Kejadian.

                Jangan ragu untuk melaporkan kekerasan yang terjadi pada anak Anda. Tindak lanjuti terus setiap kejadian dan laporkan agar pelaku diproses secara hukun dan tindakan serupa tidak terulang.

10. Laporkan ke RT, RW, Apparat Desa/Kelurahan, Petugas Keamanan.

Anda juga penting untuk menyampaikan laporan kepada RT, RW, aparat desa/kelurahan, petugas keamanan, atau satpam setempat. Tindakan ini untuk menambah dukungan dari aparat dan warga setempat kepada Anda dan keluarga dalam mengupayakan penanganan kekerasan pada anak, serta meningkatkan kewaspadaan warga.

11. Kontak dan Laporkan ke Lembaga Perlindungan Anak.

                Hubungi lembaga perlindungan anak seperti Pekerja Sosial, PKSAI, P2TP2A, atau petugas/kantor polisi setempat. Anda juga dapat menghubungi Telpon Pelayanan Sosial Anak (TePSA) Kemensos: 1 500 771 atau Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) Kemenpppa: 129. Melalui bantuan dari layanan ini, Anda dapat mengupayakan secara bersama penanganan kekerasan pada anak sehingga secara fisik, mental, dan juga hukum perlindungan anak dapat terpenuhi.

                Demikian 11 upaya penanganan kekerasan pada anak yang saya tuliskan untuk Anda. Semoga dapat menjadi acuan, meskipun kita berharap anak-anak kita selalu terlindungi dari tindakan kekerasan di sekitarnya baik yang sengaja maupun tidak sengaja.

*Praktisi perlindungan anak dan literasi media

*ilustrasi:(46) Pinterest

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada Gim daring: Kenali Modus dan Ketahui Pencegahannya

 Dunia maya memang memiliki daya tarik yang kuat pada siapa pun, tak terkecuali anak-anak. Salah satu yang membuat anak-anak asik berlama-lama di dunia maya, adalah mereka mengakses gim daring ( game online) . Anda perlu waspadai fenomena ini. Mengingat, selain gim daring ini dapat memicu anak menjadi kecanduan internet/ gawai , sehingga membuat aktivitas di dunia nyatanya menjadi terbengkalai, kontennya yang bisa jadi sarat akan kekerasan, juga karena gim daring kini  sudah menjadi modus para predator anak menyasar korbannya. Salah satu contoh kasus kejahatan pemangsa anak melalui gim ini terjadi pada tahun 2021 melalui aplikasi Free Fire . Hasil penyidikan polisi terungkap, bahwa pelaku memang menyasar anak perempuan sebagai pengguna gim. Saat bermain bersama dengan sang anak itulah, pelaku meminta nomor WA dan mulai membujuk korbannya untuk membuat video tanpa busana dengan menawari korban uang gim daring Free Fire sebanyak 500-600 diamond yang akan dikirim ke akun korban...

Budaya Valentine Day di Kalangan Remaja yang Perlu Orang Tua Waspadai

  Setiap pertengahan bulan Februari, tepatnya tanggal 14 masyarakat manca negara banyak yang merayakannya sebagai hari Valentine ( Valentine’s Day ), termasuk di negara kita. Hari Valentine dimaknai oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Namun, muda-mudi mengekspresikannya secara beragam. Mulai dari saling berkirim kartu ucapan hari Valentine, memberikan atau bertukar hadiah, memberi bunga atau cokelat, hiasan berwarna merah muda ( pink) dan berbentuk hati, makan malam bersama dengan pacar, pesta dansa, hingga hubungan intim.   Sungguh hal ini yang perlu menjadi perhatian para orang tua.                                    Yang tambah membuat miris, ternyata ditemukan fakta di lapangan bahwa setiap perayaan hari Valentine bukan hanya penjualan cokelat meningkat tetapi juga penjualan kondom! Kondisi ini membuat salah satu pemeritah kota bahkan sampai membuat imbauan agar...

Anak Anda tidak Kunjung Mandiri? Berikut 5 (Lima) Perlakuan Salah Orang Tua yang Perlu Jadi Perhatian Anda!

                “Usia anak lelaki saya sudah 30 tahun, tapi ia bukan anak mandiri karena masih selalu mengandalkan saya. Setiap hari, kerjanya hanya menonton  televisi dan bermain gadget. Tak pernah membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, bankan sekadar mengganti bohlam lampu,” keluh seorang ibu.   Ketika keluhan seperti terjadi, siapakah pihak yang bertanggungjawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri. Mengapa? Karena mereka yang pertama kali menanamkan tentang sikap, nilai, dan juga bertanggung jawab atas pola asuh anaknya. Berikut ini lima hal yang sering dilakukan orang tua sehari-hari yang justru mendorong anak menjadi tidak mandiri yang perlu jadi perhatian Anda!                            1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya Saat usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, ia...